PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dan bangsa yang tergolong besar diantara
negara-negara dan bangsa-bangsa lain di dunia. Tidak hanya itu, Indonesia
memiliki keanekaragaman dalam berbagai aspek sosial, budaya, geografis, dan
demografis. Akan tetapi memiliki kesatuan yang utuh berkat Pancasila sebagai
dasar dan ideologi negara. Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan sebagai
pegangan bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesatuan dan keanekaragaman.
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa
yang memiliki keanekaragaman multikultur (adat istiadat, tata cara, bahasa,
kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dll) merupakan ciri khas yang
memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu
keanekaragaman tersebut harus selalu dilestarikan dan dikembangkan dengan tetap
mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia melalui upaya pendidikan.
Pengenalan keadaan lingkungan, sosial, dan budaya kepada peserta didik
memungkinkan mereka untuk lebih mengakrabkan dengan lingkungannya.
Pengenalan
dan pengembangan lingkungan melalui pendidikan diarahkan untuk menunjang
peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik.
Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya program
muatan lokal dalam Standar Isi dilandasi kenyataan bahwa di Indonesia terdapat
beranekaragam kebudayaan. Sekolah tempat program pendidikan dilaksanakan
merupakan bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di
sekolah perlu memberikan wawasan yang luas kepada peserta didik tentang
kekhususan yang ada di lingkungannya. Standar Isi yang seluruhnya disusun
secara terpusat tidak mungkin dapat mencakup muatan lokal tersebut. Sehingga
perlulah disusun mata pelajaran yang berbasis pada muatan lokal. Sistem
pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.
Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan
tersebut adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang
dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun
penyelenggara; khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Penentuan isi dan bahan
pelajaran muatan lokal didasarkan pada keadaan dan kebutuhan lingkungan, yang
dituangkan dalam mata pelajaran dengan alokasi waktu yang berdiri sendiri.
Adapun materi dan isinya ditentukan oleh satuan pendidikan, yang dalam
pelaksanaannya merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah. Hal ini sejalan dengan upaya
peningkatan mutu pendidikan nasional, sehingga pengembangan dan implementasi
kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi KTSP.
B. Tujuan Penulisan Makalah
- Tujuan Teoritik
1) Memberi bekal
pengetahuan, keterampilan, dan sikap hidup kepada peserta didik agar memiliki
wawasan yang mantap tentang lingkungan dan masyarakat sesuai dengan nilai yang
berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta
pembangunan nasional.
2) Mengembangkan potensi
yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah dan keadaan, serta mendukung tercapainya
pendidikan.
- Tujuan Praktis
Untuk
memenuhi syarat dalam mengikuti / menyelesaikan mata kuliah Manajemen
Kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kurikulum Muatan Lokal
Implementasi diartikan “pelaksanaan”; penerapan
Implementasi atau pelaksanaan kurikulum muatan lokal tentunya dilakukan oleh
guru atau tenaga edukatif lainnya yang menguasai bahan ajar muatan lokal itu
sendiri. Pelaksanaan kurikulum muatan lokal dapat dijabarkan dalam tiga tahap
untuk penerapannya, antara lain sebagai berikut:
a. Persiapan,
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru, kepala
sekolah, dan tenaga kependidikan lain di sekolah pada tahap persiapan ini
adalah sebagai berikut:
1) Menentukan mata pelajaran
muatan lokal untuk setiap tingkat kelas yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik, kondisi sekolah, dan kesiapan guru yang akan mengajar.
2) Menentukan guru. Guru muatan
lokal sebaiknya guru yang ada di sekolah, tetapi bisa juga menggunakan nara
sumber yang lebih tepat dan professional. Misalnya untuk kesehatan menggunakan
tenaga kesehatan, pertanian menggunakan penyuluhan pertanian, dan kesenian
memanfaatkan seniman yang ada di lingkungan sekitar sekolah. Kehadiran mereka
bisa part time, hanya membantu guru, tetapi bisa juga full time, langsung
memegang dan bertanggung jawab terhadap mata pelajaran muatan lokal tertentu.
Kegiatan ini bisa dikoodinir oleh kepala sekolah atau wakil kepala sekolah
bidang akademis, bekerja sama dengan komite sekolah.
3) Sumber dana dan sumber
belajar. Dana untuk pembelajaran muatan lokal dapat menggunakan Dana BOS
(Bantuan operasional sekolah), tetapi bisa juga mencari sponsor atau kerja sama
dengan pihak lain yang relevan.
Tiga hal penting untuk diperhatikan oleh sekolah yang
telah dipaparkan di atas mendukung pelaksanan pembelajaran muatan lokal. Hal
inilah yang menjadi peranan yang tidak bisa diabaikan oleh sekolah, karena
apabila persiapan yang kurang matang atau bahkan ditiadakan sama sekali, maka
kemungkinan besar hal tersebut akan menjadi penghambat pelaksanaan pembalajaran
muatan lokal.
b. Pelaksanaan
Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal sebenarnya
hampir sama dengan mata pelajaran lainnya, yang garis besarnya adalah sebagai
berikut:
1) Mengaji silabus
2) Menyusun RPP
3) Mempersiapkan penilaian.
c. Tindak lanjut.
Tindak lanjut adalah langkah-langkah yang akan dan
harus diambil setelah proses pembelajaran muatan lokal. Tindak lanjut ini erat
kaitannya dengan hasil penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran.
Bentuk tindak lanjut ini, bisa berupa perbaikan
terhadap proses pembelajaran, tetapi juga bisa merupakan upaya untuk
mengembangkan lebih lanjut hasil pembelajaran, misalnya dengan membentuk
kelompok belajar, dan group kesenian. Tindak lanjut ini bisa juga dengan
melakukan kerja sama dengan masyarakat, misalnya untuk memasarkan pembelajaran
muatan lokal.
B. Kurikulum Muatan Lokal
SD/MI
1.
Implementasi Kurikulum Muatan Lokal SD
Implementasi atau pelaksanaan kurikulum muatan lokal
merupakan integral dari struktur kurikulum. Muatan lokal ini diberikan mulai
kelas I sampai dengan kelas VI dengan pengaturan waktu dan mata pelajaran yang
ditentukan. Pelaksanaan muatan lokal disusun berdasarkan SKL, SK dan KD mata
pelajaran muatan lokal. Misalnya dengan ketentuan sebagai berikut:
- Kurikulum ini memuat 4 mata pelajaran, yaitu pendidikan lingkungan hidup (PLH),Bahasa Daerah, Bahasa Inggris, dan Komputer seperti tertera pada Tabel Mata Pelajaran Kurikulum Muatan Lokal.
- Muatan PLH pada kelas 1 – 3 ditekankan pada praktik dan pengamatan langsung.
- Pendekatan pembelajaran pada kelas I s.d III dilaksanakan dengan ”Pendekatan Tematik”, sedangkan pada kelas IV sampai dengan kelas VI menggunakan ”Pendekatan Mata Pelajaran”.
- Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit
- Proses pembelajaran Muatan Lokal menekankan praktik langsung dan fungsional
- Alokasi waktu Setiap kegiatan dilakukan selama 2 jam pelajaran
- Penilaian Muatan Lokal dilakukan melalui ujian SD/MI
2. Mata Pelajaran Muatan
Lokal SD
Mata pelajaran muatan lokal yang dikembangkan misalnya
sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur dan Surat Keputusan Walikota / Bupati
tentang Penetapan Mulok sebagai berikut:
a. Bahasa daerah sebagai upaya mempertahankan nilai-nilai budaya masyarakat setempat
dalam wujud komunikasi dan apresiasi sastra. (diberikan di kelas 3 – 6, wajib
diikuti oleh setiap siswa).
b. Pendidikan lingkungan hidup
(PLH) sebagai upaya menanamkan
rasa cinta lingkungan hidup dalam bentuk kegiatan
pembelajaran pola hidup bersih dan menjaga keseimbangan ekosistem. (diberikan
di kelas 1 – 3, wajib diikuti oleh setiap siswa).
c. Pendidikan bahasa inggris
sebagai upaya untuk mengenalkan berbagai bahasa dalam masyarakat global
(diberikan pada kelas 4 – 6 bisa pilihan bagi siswa dengan muatan lain yang
ditawarkan).
d. Pendidikan komputer sebagai
upaya untuk mengenalkan pentingnya mengenal dan menggunakan alat teknologi
komputer dalam abad global (diberikan pada kelas 5 – 6 bisa pilihan bagi siswa
dengan muatan lokal yang ditawarkan).
Mengenai batasan mata pelajaran muatan lokal pada
dasarnya tidak
terbatas pada empat mata pelajaran saja yang telah
disebutkan di atas, tetapi hal-hal yang dianggap artinya setiap sekolah dapat
memilih dan melaksanakan muatan lokal sesuai dengan karakteristik peserta
didik, kondisi masyarakat, serta kemampuan dan kondisi sekolah daerah
masing-masing.
3. Standar Kompetensi
Lulusan Mata Pelajaran Muatan Lokal
Satuan pendidikan harus mengembangkan SK dan KD untuk
setiap
jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Misalnya:
a. Bahasa Inggris SD/MI
Standar Kompetensi lulusan Bahasa Inggris Muatan Lokal
di SD/MI adalah:
1) Mendengarkan
Memahami instruksi, informasi dan cerita sangat
sederhana yang disampaikan secara lisan dalam konteks kelas, sekolah, dan
lingkungan sekitar dalam bahasa Inggris.
2) Berbicara
Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana
interpersonal dan transaksional sangat sederhana dalam bentuk instruksi dan
informasi dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar dalam bahasa
inggris.
3) Membaca
Membaca nyaring dan memahami makna dalam instruksi,
informasi, teks fungsional pendek, dan teks deskriptif bergambar sangat
sederhana yang disampaikan secara tertulis dalam konteks kelas, sekolah, dan
lingkungan sekitar dalam bahasa Inggris.
4) Menulis
Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional pendek
sangat sederhana dengan ejaan dan tanda baca yang tepat dalam bahasa Inggris.
b. Bahasa Daerah SD/MI
c. Standar kompetensi dan
kompetensi dasar muatan lokal (SK-KD Mulok).
BAB III
TANGGAPAN KELOMPOK
A. Pengertian
Muatan Lokal
Menurut Surat Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan nomor 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987 yang dimaksud
dengan kurikulum muatan lokal ialah program pendidikan yang isi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya serta
kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid di daerah tersebut.
Menurut
sejarah, sebelum ada sekolah formal, pendidikan yang berprogram muatan lokal
telah dilaksanakan oleh para orang tua peserta didik dengan metode drill dan
dengan trial and error serta berdasarkan berbagai pengalaman yang mereka
hayati. Tujuan pendidikan mereka terutama agar anak-anak mereka dapat mandiri
dalam kehidupan. Bahan yang diajarkan ialah bahan yang diambil dari berbagai
keadaan yang ada di alam sekitar. Sedang kriteria
keberhasilannya ditandai mereka telah dapat hidup mandiri.
Menurut Dirjen
Kurikulum Muatan Lokal adalah kurikulum yang di perkaya dengan materi pelajaran
yang ada di lingkungan setempat.
Menurut
Kurikulum 1994 Kurikulum Muatan Lokal adalah materi pelajaran yang diajarkan
secara terpisah, menjadi kajian tersendiri.
Menurut
Soewardi Kurikulum Muatan Lokal adalah materi pelajaran dan pengenalan berbagai
ciri khas daerah tertentu, bukan saja yang terdiri dari keterampilan,
kerajinan, tetapi jaga manifestasi kebudayaan daerah legenda serta adat
istiadat.
B. Tujuan
Kurikulum Muatan Lokal
Secara umum
tujuan program pendidikan muatan lokal adalah mempersiapkan murid agar mereka
memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungannya serta sikap dan perilaku
bersedia melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam ,kualitas sosial, dan
kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional maupun pembangunan setempat.
Tujuan penerapan muatan lokal pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok
tujuan, yaitu tujuan langsung dan tujuan tidak langsung. Tujuan langsung adalah
tujuan dapat segera dicapai. Sedangkan tujuan tidak langsung merupakan tujuan
yang memerlukan waktu yang relatif lama untuk mencapainya. Tujuan tidak
langsung pada dasarnya merupakan dampak dan tujuan langsung.
a. Tujuan
langsung
1. Bahan
pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.
2. Sumber belajar
di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan.
3. Murid dapat
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya untuk memecahkan
masalah yang ditemukan di sekitarnya.
4. Murid lebih
mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang terdapat di
daerahnya.
b. Tujuan tak
langsung
1) Murid dapat
meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya.
2) Murid
diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya sendiri dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
3) Murid
menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan terhadap
lingkungannya sendiri.
Dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar maka besar kemungkinan
murid dapat mengamati, melakukan percobaan atau kegiatan belajar sendiri.
Belajar mencari, mengolah, menemukan informasi sendiri dan menggunakan
informasi untuk memecahkan masalah yang ada di lingkungannya merupakan pola
dasar dari belajar. Belajar tentang lingkungan dan dalam lingkungan mempunyai
daya tarik tersendiri bagi seorang anak. Jean Piaget (1958) telah mengatakan
bahwa makin banyak seorang anak melihat dan mendengar, makin ingin ia melihat
dan mendengar. Lingkungan secara. keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap cara
belajar seseorang. Benyamin S. Bloom menegaskan bahwa lingkungan sebagai
kondisi, daya dan dorongan eksternal dapat memberikan suatu situasi “kerja” di
sekitar murid. Karena itu, lingkungan secara keseluruhan dapat berfungsi
sebagai daya untuk membentuk dan memberi kekuatan/dorongan eksternal untuk belajar
pada seseorang. Landasan teoritik muatan lokal.
- Tingkat kemampuan berpikir murid mengharuskan kita menyajikan bahan kajian yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dari tingkatan konkret sampai dengan tingkatan abstrak. Pengembangan kemampuan berpikir ini ditunjang antara lain oleh teori belajar dari Ausubel (1969) dan konsep asimilasi dari Jean Piaget (1972) yang pada intinya menyatakan bahwa sesuatu yang baru haruslah dipelajari berdasarkan apa yang telah dimiliki oleh murid. Penerimaan gagasan baru dengan bantuan gagasan/pengetahuan yang telah ada ini sebenarnya telah dikemukakan oleh Johan Friedrich Herbart (1776-1841) yang dikenal dengan istilah apersepsi.
- Pada dasarnya anak-anak usia sekolah memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar tentang segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Karena itu, mereka selalu akan gembira bila dilibatkan secara mental, fisik dan sosialnya dalam mempelajari sesuatu. Mereka akan gembira bila diberikan kesempatan untuk menjelajahi lingkungan sekitarnya yang penuh dengan sumber belajar. Dengan menciptakan situasi belajar, bahan kajian dan cara belajar mengajar yang menantang dan menyenangkan maka aspek kejiwaan mereka yang berada dalam proses pertumbuhan akan dapat ditumbuhkembangkan dengan baik.
Kurikulum
sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.Tujuan pendidikan muatan lokal
tentu saja tidak dapat terlepas dari tujuan umum yang tertera dalam GBHN.
Adapun yang langsung dapat dipaparkan dalam muatan lokal atas dasar tujuan
tersebut diantaranya adalah :
1. Berbudi pekerti luhur, sopan
santun daerah disamping sopan santun nasional.
2. Berkepribadian; Punya jati diri
dan punya kepribadian daerah disamping kepribadian nasional
3. Mandiri : dapat mencukupi diri
sendiri tanpa batuan orang lain
4. Terampil, menguasai 10 segi PKK
di daerahnya
5. Beretos kerja , cinta akan kerja,
sehingga dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya.
6. Profesional, mengerjakan
kerajinan daerah seperti membatik, membuat anyaman, patung dan sebagainya.
7. Produktif, dapat berbuat sebagai
produsen dan bukan hanya sebagai konsumen.
8. Sehat jasmani dan rohani.
9. Cinta lingkungan, dapat
menumbuhkan cinta kepada tanah air.
10.
Kesetiakawanan sosial, dalam hal bekerja manusia selalu membutuhkan teman
kerja, oleh karenanya akan terjadilah situasi kerja sama dan gotong royong.
11. Kreatif–inovatif untuk hidup,
karena tidak pernah menyia-nyiakan waktu luang, dan yang
bersangkutan menjadi orang ulet, tekun, rajin dan sebagainya.
12. Mementingkan pekerjaan yang
praktis ; Menghilangkan gaps antara lapangan teori dan praktik.
13. Rasa cinta budaya daerah dan
budaya nasional.
Untuk penentuan
muatan lokal dari pihak Dinas Pendidikan perlu bekerja
sama dengan pemerintah daerah, instansi lain yang terkait, badan swasta dan
masyarakat agar muatan lokal dapat diterima sebagaimana mestinya.
C. Fungsi Muatan Lokal dalam
Kurikulum
- Fungsi Penyesuaian
Sekolah berada
dalam lingkungan masyarakat. Karena itu program-program sekolah harus
disesuaikan dengan lingkungan. Demikian pula pribadi-pribadi yang ada dalam
sekolah hidup dalam lingkungan, sehingga perlu diupayakan agar pribadi dapat
menyesuaikan diri dan akrab dengan lingkungannya.
- Fungsi Integrasi
Murid merupakan
bagian integral dari masyarakat, karena itu muatan lokal harus merupakan
program pendidikan yang berfungsi untuk mendidik pribadi-pribadi yang akan
memberikan sumbangan kepada masyarakat atau berfungsi untuk membentuk dan
mengintegrasikan pribadi kepada masyarakat.
- Fungsi Perbedaan
Pengakuan atas
perbedaan berarti pula memberi kesempatan bagi pribadi untuk memilih apa yang
diinginkannya. Karena itu muatan lokal harus merupakan program pendidikan yang
bersifat luwes, yang dapat memberikan pelayanan terhadap perbedaan minat dan
kemampuan murid. Ini tidak berarti mendidik pribadi menjadi orang yang
individualistik tetapi muatan lokal harus dapat berfungsi mendorong pribadi ke
arah kemajuan sosialnya dalam masyarakat.
Terdapat 4
Landasan Demografik Keindahan bangsa dan negara Indonesia terletak pada
keanekaragaman pola kehidupan dari beratus-ratus suku bangsa yang tersebar di
berpuluh-puluh ribu pulau dari Sabang sampai dengan Merauke. Kekaguman terhadap
bangsa dan negara Indonesia telah dinyatakan oleh hampir seluruh bangsa di
dunia, karena keanekaragaman tersebut dapat dipersatukan oleh falsafah hidup
bangsa yaitu Pancasila. Keanekaragaman tersebut bukan saja ada pada bidang
budayanya saja, tetapi juga pada keadaan alam, fauna dan floranya serta kehidupan
sosialnya. Semuanya itu merupakan dasar yang sangat penting dalam mengembangkan
muatan lokal.
Selain
landasan-landasan pemikiran tersebut di atas, pengembangan muatan lokal juga
didorong oleh kenyataan yang menunjukkan bahwa banyak murid Sekolah Dasar terpaksa
harus meninggalkan bangku sekolah yang antara lain disebabkan oleh keadaan
sosial ekonomi orang tua murid, kurang sesuainya kurikulum sekolah dengan
kebutuhan murid.
D. Pengembangan
Muatan Lokal
Bahan muatan
lokal dapat tercantum pada intra kurikuler, misalnya mata pelajaran kesenian
dan ketrampilan, bahasa daerah dan inggris. Sedang bahan muatan lokal yang
dilaksanakan secara ekstra kurikuler bahan dikembangkan dari pola kehidupan
dalam lingkungannya.
Karena bahan
muatan lokal sifatnya mandiri dan tidak terikat oleh pusat, maka peranan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam muatan lokal ini sangat menentukan
. Untuk pengembangannya, langkah-langkah yang dapat ditempuh :
1. Menyusun
Perencanaan Muatan Lokal
Dalam
pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai unsur atau komponen
. Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut berbagai sumber,
pengajar, metode, media, dana dan evaluasi.
Merencanakan
bahan muatan lokal yang akan diajarkan antara lain dengan :
a.
Mengidentifikasikan segala sesuatu yang mungkin dapat dijadikan bahan muatan
lokal.
b. Menyeleksi
bahan muatan lokal dengan kriteria sebagai berikut :
1) Sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan peserta didik.
2) Tidak bertentangan dengan
Pancasila dan aturan adat yang berlaku.
3) Letaknya terjangkau dari sekolah.
4) Ada nara sumber baik di dalam maupun di luar sekolah.
5) Bahan/ajaran tersebut merupakan
ciri khas daerah tersebut.
c. Menyusun SI, SK, KD dan
Indikator yang bersangkutan.
d. Mencari
sumber bahan yang tertulis maupun yang tidak tertulis
e. Mengusahan
sarana/prasarana yang relevan dan terjangkau.
2. Pembinaan
dan Pengembangan Muatan Lokal
Pembinaan perlu
ditangani oleh tenaga-tenaga yang profesional dan dilakukan secara kontinue,
karena dalam pelaksanaan di lapangan
kadang-kadang siswa lebih mahir dari pada gurunya, karena siswa
sudah biasa melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dimaksud, misalnya anak petani,
anak pengrajin, bengkel, peternak dan sebagainya, yang akibatnya akan terjadi
pembuangan tenaga, waktu dan biaya.
3. Pengembangan
Muatan Lokal
Ada dua arah
pengembangan dalam muatan lokal, yaitu :
a. Pengembangan
untuk jangka jauh
Agar para siswa
dapat melatih keahlian dan keterampilan yang
sesuai dengan harapan yang nantinya dapat membantu dirinya, keluarga,
masyarakat dan akhirnya membantu pembangunan nusa dan bangsanya. Oleh karena
itu perkembangan muatan lokal dalam jangka panjang harus direncanakan secara
sistematik oleh sekolah, keluarga, dan masyarakat setempat dengan perantara
pakar-pakar pada instasi terkait baik negeri maupun swasta. Untuk muatan lokal
di sekolah dasar masih bersifat concentris, kemudian dilaksanakan secara
kontinue di sekolah menengah pertama dan akan terjadi konvergensi di sekolah
menengah atas.
b. Pengembangan
untuk jangka pendek
Perkembangan
muatan lokal dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh sekolah setempat dengan
cara menyusun kurikulum muatan lokal kemudian menyusun Indikatornya dan
direvisi setiap saat.
Dalam pengembangan
selanjutnya ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Perluasan
muatan lokal
Dasarnya adalah
bahan muatan lokal yang ada di daerah itu yang terdiri dari berbagai jenis
muatan lokal misalnya : pertanian, kalau sudah dianggap cukup ganti peternakan,
perikanan, kerajianan dan sebagainya. Siswa cukup diberi dasar-dasarnya saja
dari berbagai muatan lokal sedang pendalamanya dilaksanakan pada periode
berikutnya.
2. Pendalaman
muatan lokal
Dasarnya adalah
bahan muatan lokal yang sudah ada kemudian diperdalam sampai mendalam, misalnya
masalah pertanian dibicarakan dan dilaksanakan mengenai bagaimana cara memupuk,
memelihara, mengembangkan, pemasarannya dan sebagainya. Oleh karena itu
pelajaran ini diberikan pada siswa yang telah dewasa.
Berhasil atau
tidaknya pengembangan di sekolah
tergantung pada :
1 ) Kekreatifan guru.
2) Kesesuaian program
3) Ketersediaan sarana dan prasarana
4) Cara pengelolaan
5) Kesiapan siswa
6) Partisipasi masyarakat setempat
7) Pendekatan
kepala sekolah dengan nara sumber dan instansi terkait
Adapun cara
menentukan bahan pelajaran muatan lokal untuk satu bidang studi dapat
dilaksanakan dengan empat cara :
1. Bagi mata pelajaran yang sudah
punya SK dan KD, disusun tema dan materi pembelajaran, kemudian dipilih bahan mana
yang berkriteria muatan lokal.
2. SK dan KD yang telah
dipilih, sesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat.
3. Pola kehidupan dalam lingkungan
alam, dijadikan sumber sebagai indikator yang mungkin
sesuai.
4. Pola
kehidupan dalam lingkungan alam, dipilih unsur-unsurnya yang perlu dimasukan
dalam program pendidikan kemudian dibuat indikator.
E. Ruang
Lingkup
Ruang lingkup
muatan lokal adalah sebagai berikut:
1. Lingkup
Keadaan dan Kebutuhan Daerah. Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang
terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan
alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah
adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah,
khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat
tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah
yang bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut misalnya kebutuhan untuk:
a. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan
daerah
b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di
bidang tertentu, sesuai dengan keadaan perekonomian daerah
c. Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk
keperluan sehari-hari, dan menunjang pemberdayaan individu dalam melakukan
belajar lebih lanjut (belajar sepanjang hayat)
d. Meningkatkan kemampuan berwirausaha.
2. Lingkup
isi/jenis muatan lokal, dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian
daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang
berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu
oleh daerah yang bersangkutan.
F. Pengembangan Mata Pelajaran
Muatan Lokal
Pemberlakuan
KTSP membawa implikasi bagi sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran
sejumlah mata pelajaran, yang hampir semua mata pelajaran sudah memiliki
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk masing-masing pelajaran.
Sedangkan untuk Mata Pelajaran Muatan Lokal yang merupakan kegiatan kurikuler
yang harus diajarkan di kelas tidak mempunyai Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasarnya. Hal ini membuat kendala bagi sekolah untuk menerapkan Mata Pelajaran
Muatan Lokal. Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata
pelajaran Muatan Lokal bukanlah pekerjaan yang mudah, karena harus dipersiapkan
berbagai hal untuk dapat mengembangkan Mata Pelajaran Muatan Lokal. Ada dua
pola pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal dalam rangka menghadapi
pelaksanaan KTSP. Pola tersebut adalah:
1. Pengembangan
Muatan Lokal Sesuai Kondisi Sekolah Saat Ini
Langkah dalam
pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal bagi sekolah yang memang tidak mampu
mengembangkannya, langkah tersebut adalah:
1. Analisis Mata
Pelajaran Muatan Lokal yang ada di sekolah. Apakah masih layak dan relevan Mata
Pelajaran Muatan Lokal diterapkan di Sekolah
2. Bila Mata
Pelajaran Muatan Lokal yang diterapkan di sekolah tersebut masih layak
digunakan maka kegiatan berikutnya adalah merubah Mata Pelajaran Muatan Lokal
tersebut ke dalam SK dan KD
3. Bila Mata
Pelajaran Muatan Lokal yang ada tidak layak lagi untuk diterapkan, maka sekolah
bisa menggunakan Mata Pelajaran Muatan Lokal dari sekolah lain atau tetap
menggunakan Mata Pelajaran Muatan Lokal yang ditawarkan oleh Dinas atau
mengembangkan muatan lokal yang lebih sesuai.
2. Pengembangan
Muatan Lokal dalam KTSP
Proses
Pengembangan Mata Pelajaran Muatan lokal pengembangannya sepenuhnya ditangani
oleh sekolah dan komite sekolah yang membutuhkan penanganan secara profesional
dalam merencanakan, mengelola, dan melaksanakannya. Dengan demikian disamping
mendukung pembangunan daerah dan pembangunan nasional, perencanaan,
pengelolaan, maupun pelaksanaan muatan lokal memperhatikan keseimbangan dengan
kurikulum tingkat satuan pendidikan. Penanganan secara profesional muatan lokal
merupakan tanggung jawab pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu sekolah dan
komite sekolah. Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah dan
komite sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi
keadaan dan kebutuhan daerah
2) Menentukan
fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal
3)
Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal
4) Menentukan
Mata Pelajaran Muatan Lokal
5)
Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan
mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP.
Lebih lanjut
langkah-langkah di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah.
Kegiatan ini
dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang
bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di
daerah yang bersangkutan seperti Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait,
Perguruan Tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah seperti telah
disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang
meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah
dapat diketahui antara lain dari:
1) Rencana
pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan daerah, baik
pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan
berkelanjutan;
2) Pengembangan
ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuan-kemampuan dan
keterampilan-keterampilan yang diperlukan;
3) Aspirasi
masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta
konservasi alam dan pemberdayaannya.
b. Menentukan
fungsi dan susunan atau komposisi muatan local
Berdasarkan kajian
dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan.
Berbagai jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah,
antara lain untuk:
1) Melestarikan
dan mengembangkan kebudayaan daerah;
2) Meningkatkan
keterampilan di bidang pekerjaan tertentu;
3) Meningkatkan
kemampuan berwiraswasta;
4) Meningkatkan
penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari;
c. Menentukan
bahan kajian muatan lokal
Kegiatan ini
pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang
dapat diangkat sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan
sekolah. Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut:
1) Kesesuaian
dengan tingkat perkembangan peserta didik;
2) Kemampuan
guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan;
3) Tersedianya
sarana dan prasarana
4) Tidak
bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa
5) Tidak
menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan
6) Kelayakan
berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah;
7) Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan
kondisi dan situasi daerah.
BAB IV
SIMPULAN
Muatan lokal
perlu untuk diberikan kepada peserta didik agar peserta didik lebih mengetahui
dan mencintai budaya daerahnya sendiri, berbudi pekerti luhur, mandiri, kreatif
dan profesional yang pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa cinta kepada budaya
tanah air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar